Badai

suatu senja saat saya selesai mengerjakan satu pekerjaan rumah dan beranjak mengerjakan yang lainnya.
angin berhembus kencang. sangat kencang.
bergemuruh.
seolah mampu menerbangkan apa saja.
saya mengintip dari balik tirai yang bergerak hebat tertiup angin kencang.
pohon-pohon di luar sana condong ke kiri.
saya sangat ketakutan. hampir menangis.

bergegas menuju kamar mandi dan membasuh anggota tubuh dari atas ke bawah secara beraturan sebanyak masing-masing tiga kali.
ada yang saya lupakan senja itu.
menghadapNya untuk ketiga kali di kari ini.
saya takut untuk melewatkan sujudku sore itu. sungguh.

berbagai pikiran buruk seiring dengan gemuruh yang terus berhembus liar di luar rumah.
saya tidak ingin menemuiNya dengan tanpa persiapan apa pun senja ini.
tidak dengan tanpa hati melafadzkan namaNya. tidak.
saya mencuri kesempatan untuk menunaikan kewajiban saya senja ini, andai ini senja terakhir saya.

saat bulir airmata hampir menganak sungai,
gemuruh di luar rumah mereda, digantikan hujan deras.
ntah apakah hujan yang ini akan membawa pelangi nantinya.
saya mengamini doa senja ini.
menyisipan sebuah harapan yang kuat agar saat 'angin yang mampu membuat gunung serupa gumpalan kapas yang tertiup' nantinya terjadi, saya masih bisa menemuiNya dengan mengimani namaNya dengan hati ini. Amin.

Komentar

Postingan Populer